MAPALUS : PROJECT MINISTRY VIKARIS PENDETA KRISTIAN KASENDA

 POWALUTAN 2018















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Pemikiran Dan Alasan Pemilihan Judul

Mapalus adalah suatu kata yang sangat akrab di telinga kita yang hidup di tanah Minahasa, kata ini identik dengan kerja. Kata ini seringkalli digunakan ketika ada beberapa orang saling membantu untuk Panen jagung, panen padi, memindahkan rumah, dan lain lain. Penulis kemudian ingin mencari tahu apa arti konkrit dari kata Mapalus dan apakah Mapalus masih dipraktekan dalam kehidupan masyarakat Minahasa khususnya di desa Powalutan. Ada berbagai macam mapalus yang dipraktekan oleh masyarakat Minahasa antara lain:
1.      Mapalus tani
2.      Mapalus nelayan
3.      Mapalus uang atau bahan sembako ( kolet)
4.      Mapalus kelompok masyarakat.
Di desa Powalutan, kata yang dipakai adalah Maando; Mamaandoan: bekerja bersama dan saling bergantiaan dengan waktu dan tenaga  yang sama. Dalam bahasa manado; “ abis kerja pa ngana, kerja pa kita[1] . seorang dosen di fakultas teologi UKIT, teolog dan budayawan menyatakan bawa pengertian maando diambil dari Endo yang berarti hari, maksudnya  bapagi pagi skali; identik dengan waktu untuk memuliai pekerjaan alah subuh.[2]Ini semua dipraktekan untuk kepentingan bersama dalam kebudayaan Minahasa.[3] Yang hendak diangkat dalam karya tulis ini adalah Mapalus tani. Seorang tokoh masyarakat desa Powalutan, Bpk. J.A. Pangemanan ( hukum Tua Desa Powalutan 1966-1981), manyatakan bahwa Mapalus pada waktu itu adalah suatu yang dilakukan dan diikuti oleh semua warga desa Powalutan dan dampak positif dari Mapalus itu sendiri adalah keadaan ekonomi yang baik karena kebuTuhan pokok semua keluarga terpenuhi, tidak ada kasus pencurian dan keadaan desa ada dalam taraf yang aman. Hal ini juga diaminkan oleh Bpk. F.Mamusung dalam wawancara di hari yang sama dan yang beliau tambahkan adalah Mapalus merupakan hal wajib dan diperiksa oleh Hukum Tua dan tim untuk melihat apakah suatu keluarga memiliki jagung,pisang atau padi untuk memenuhi kebuTuhan ekonomi serta juga dikatakan bahwa sisi positif dari mapalus adalah kondusifnya kehidupan masyarakat. Keduanya juga sepakat bahwa pada waktu mapalus aktif dijalankan, tidak ada atau bisa dikatakan  sangat sedikit lahan yang tidak terpakai ( lahan tidur).[4]
Peserta mapalus selain orang tua, juga diikuti oleh anak anak, remaja dan pemuda sebagaimana kesaksian dari Ibu Adeline Tampanguma, dimana dia telah mengikuti mapalus sejak remaja. Ditambahkannya juga, di Mapalus mereka diajarkan tentang ketaatan pada sebuah aturan karena sebuah kelompok Mapalus memiliki aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggota. Kegiatan Mapalus selalu dimulai dengan ibadah atau doa yang petugasnya digilir dari anggota Mapalus, maka selain bekerja dan patuh terhadap aturan, mapalus juga mengajarkan nilai Rohani[5]
            Dalam observasi selama hampir dua tahun, penulis mendapati seringnya terjadi atau terdengar berita kehilangan didesa Powalutan, seringnya juga terjadi kekacauan yang berawal darei mabuk mabukan yang berujung perkelahian yang melibatkan kaum muda dan orang tua usia tergolong muda, penulis juga mendapati dalam beberapa percakapan dengan pelayan khusus bahwa ada jemaat yang tidak beribadah karena tidak memiliki uang untuk dijadikan persembahan ( derma ), banyaknya lahan yang tidak terolah dengan maksimal dan juga sebagian besar masyarakat membeli bahan dapur dari penjual yang datang dari luar desa Powalutan. Jika berkaca dari sisi positif yang dipaparkan dalam wawancara diatas maka seharusnya tidak terjadi kekacauan,pencurian,lesunya ekonomi apabila Mapalus benar benar dijalankan. Setiap permasalahan yang ada adalam realita sesungguhnya juga adalah tangungjawab Gereja untuk mengatasinya, maka walaupun yang nampak adalah permasalahan ekonomi sosial namun sesungguhnya penulis melihat ini sebagai permasalahan Teologis. Maka penulis memilih judul penelitian sebagai berikut, “  MAPALUS: Suatu Kajian Teologis dan Dampaknya Secara Ekonomi - Sosial Bagi Jemaat Dan Masyarakat
B.     IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.      Penggunaan kata Mapalus dalam keseharian
2.      Pemahaman dan praktek Mapalus dulu dan sekarang
3.      Memudarnya praktek Mapalus ( Tani)
4.      Kelesuan ekonomi, kakacauan dan pencurian yang sering terjadi
5.      Peran Gereja dalam mambangun kembali budaya Mapalus di Jemaat dan Masyarakat.
C.    PEMBATASAN MASALAH
Setelah mengidentifikasi masalah seperti yang tertulis diatas, maka masalah dibatasi pada: pemahaman Jemaat tentang Mapalus,praktek dan dampaknya
D.    PERUMUSAN MASALAH
Menguraikan suatu suatu kajian Teologis tentang budaya Mapalus dalam kehidupan masyarakat Minahasa

E.     TUJUAN PENELITIAN
1.      Menguraikan pengertian  Mapalus
2.      Membuat suatu kajian Teologis tentang kebudayaan Mapalus serta manfaatnya dalam berbagai aspek kehidupan
3.      Membuat refleksi Teologis tentang Mapalus dalam menjawab permasalahan sosial ekonomi masyarakat Powalutan
F.     MANFAAT PENELITIAN
Dari tujuan penelitian diatas, maka penulis merumuskan manfaat penelitian antara lain :
1.             Memberikan Sumbangan Pemikiran Tentang Mapalus Secara Teologis Pada Jemaat GMIM Bukit Moria Powalutan
2.             Mengembangkan pengetahuan penulis di bidang Teologi dan aplikasinya bagi kehidupan.
3.             Membangkitkan kembali Budaya Mapalus dalam kehidupan Jemaat dan masyarakat
G.    METODE PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA.
Adapun metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis dari orang – orang dan perilaku yang alami.[6].  Langkah langkah yang dipakai dalam mengumpulkan data  adalah:


1.      Observasi
Hal ini penting peranannya dalam penelitian. Melalui observasi, peneliti akan memperoleh gambaran situasi dari objek penelitian yang diamati. Dan juga dapat diperoleh data – data awal berupa perilaku, reaksi, dan tanggapan objek penelitian terhadap peneliti.[7]
2.      Wawancara
Wawancara atau Tanya jawab dilakukan untuk memperoleh keterangan tentang suatu hal tertentu,adalah adalah teknik yang paling sering digunakan dalam metode penelitian kualitatif. Melalui wawancara akan diperoleh data lisan maupun tulisan dari informan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara terbuka dimana, para subjeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara tersebut.[8]
3.      Studi Kepustakaan
  Digunakan untuk memperoleh teori- teori, konsep- konsep, dan analisis dari para ahli yang berhubungan dengan materi penelitian yang dilakukan. Studi kepustakaan berupa, mengumpulkan buku, dokumen, ensiklopedi, monograf dan sejenisnya yang relevan dengan objek penelitian.[9]
H.    PENETAPAN POPULASI DAN SAMPEL
 Populasi dipahami dari sudut metodologi penelitian lapangan, memiliki pengertian dan definisi khusus. Dalam hal ini, populasi dimengerti keseluruhan objek penelitian[10]. Dan yang menjadi populasi adalah keseluruhan jumlah anggota Jemaat GMIM Bukti Moria Powalutan yang berjumlah 860 jiwa dari 245 Kepala Keluarga.[11]
Yang menjadi objek penelitian tidak mencakup keseluruhan populasi, maka diambil sampel dari populasi yang ada, demi sebuah generalisasi penelitian lapangan. Teknik sampel atau sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan atau purposive sample, yang dilakukan dengan cara pengambilan subjek bukan didasarkan pada strata, random atau daerah, tetapi didasarkan pada adanya tujuan tertentu.[12]  Dalam penelitian ini penulis menetapkan responden berdasarkan kebuTuhan wawancara yaitu mereka yang dahulu memiliki pengalaman menjadi Anggota atau pengurus Mapalus Tani dan didapatkan  20 orang responden.[13]
I.         SISTEMATIKA PENULISAN
1.      BAB I
 Bagian ini berisikan pendahuluan; latar belakang pemikiran, alasan pemilihan judul identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan.
1.      Bab II
Bagian Bab II memuat hasil penelitian lapangan berupa, keadaan lokasi GMIM Bukit Moria dan Desa Powalutan di dalamnya juga diuraikan secara singkat tentang keadaan agama, sosial budaya dan ekonomi dari warga, sejarah singkat Jemaat GMIM Bukit Moria dan sejarah serta keadaan Desa Powalutan. Setelah bagian – bagian tersebut, diuraikan hasil wawancara dan analisis data.
2.      Bab III
Bab III berisi, kajian teori sosial budaya dan  teologis Alkitabiah tentang kerja dan mapalus yang diambil dari Alkitab dan pandangan para ahli.
3.      Bab IV
Refleksi teologis
4.      BAB VPenutup
·         Kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan kajian teori
·         Saran yang ditujukan untuk Jemaat dan Masyarakat Desa Powalutan
BAB II
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN
PEMAPARAN DATA

A.    Sejarah Singkat Jemaat GMIM Bukit Moria Powalutan
Pada tahun 1942 bulan desember ( hari natal ) diadakan pembabtisan anak pertama yaitu anak dari H.W Purukan yang bernama Hendrik Purukan dan pada saat itu mulailah dibangun gereja GMIM dihalaman rumah Jan Piet Mongula (Tonaas) yang adalah Gereja GMIM  Bukit Moria Powalutan sampai sekarang. Jemaat GMIM Bukit Moria Powalutan yang telah berusia 75 Tahun terdiri dari 10 kolom dengan jumlah KK 245 dan jumlah jiwa 781. Berikut struktur organisasi Gereja Masehi Inijili di Minahasa “ Bukit Moria Powalutan “ Di periode pelayanan 2018-2021 :
Ketua BPMJ
:Pdt. Roslini Manitik, S.Th
Wakil ketua BPMJ
:Pnt. Frans Mamesah
Sekretaris BPMJ
:Pnt. Hanny Legi, S.Pd
Bendahara
:Sym. Servie Kesek
Ketua Komisi PKB
:Pnt. Jefry Albri Pangemanan
Ketua Komisi WKI
:Pnt. Ireine Olga Purukan, S.Pd
Ketua Komisi pemuda
:Pnt. Audy Iman Oping
Katua Komisi Remaja
:Pnt. Heti Mamusung, S.Pd
Ketua komisi ASM
:Pnt. Maslin Tarumampen



B.     Sejarah Singkat Desa Powalutan
Pada awalnya orang-orang yang pertama-tama itu dari daerah tombatu, ketika mereka  mendengar berita bahwa tentara jepang mulai memasuki daerah disana sehingga para orang-orang tua membawa anak serta barang-barang mereka lalu melarikan diri kehutan. Banyak sekali kelompok yang terbagi dalam pengungsian pada waktu itu, sehingga terjadilah perombakan hutan dan mereka membentuk rumah–rumah kecil untuk tempat beristirahat sementara dan tercatat bahwa ada sekitar ± 300 kepala keluarga yang mengungsi dihutan itu. Semakin berjalannya waktu perang yang terjadi belum kunjung usai sehingga orang-orang disana berpikir akan menetap didaerah sana sehingga mereka merombak hutan dan memperluas daerah yang ada disana dan pada akhirnya masyarakat disitu menjadi penghuni tetap daerah itu.
Dari beberapa kelompok yang terbagi dihutan pada waktu itu, ada kelompok yang terbesar didaerah daerah pada waktu itu yang dipimpin oleh Jan Piet Mongula.Dia berinisiatif untuk membuat daerah pengungsian tersebut menjadi suatu perkampungan/pedesaan. Maka pada bulan Agustus 1942 mereka bersepakat membuat daerah itu sebagai pedesaan yang dibawah kepemimpinan Jan Piet Mongula, mereka pun membuat suatu tanda yang dilakukan secara adat Tongsawang  yang biasa disebut sebagai Tumai Indoong (bahasa tontenboan) dan daerah tersebut ditanami pohon jarak (pohon kendem) dan merekapun bersepakat memberi nama daerah itu KOPALUTAN  (nama sungai) seiring berjalannya waktu nama itupun berubah menjadi POWALUTAN.
Setelah desa tersebut dibentuk maka masyarakatpun membutuhkan pemimpin sehingga diangkatlah eorang pemimpin perkampungan yang bernama Oja Mongula yang adalah adik dari Jan Piet Mongula. Bersama dengan itu dibuatnya sekolah pertama di desa itu yang bernama Guberdemen School yang kepala sekolahnya adalah seorang tokoh masyarakat Lompad yang mengungsi kedaerah tersebut yaitu H.W Purukan dan pada tahun 1942 bulan desember ( hari natal ) diadakan pembabtisan anak pertama yaitu anak dari H.W Purukan yang bernama Hendrik Purukan dan pada saat itu mulailah dibangun gereja GMIM dihalaman rumah Jan Piet Mongula (Tonaas) yang adalah Gereja GMIM  Bukit Moria Powalutan sampai sekarang.
Ditahun 1942 perang jepang semakin berkecamuk sehingga warga pontak, lompad dan picuan berdatangan kedesa powalutan sehingga penduduk desa powalutan semakin banyak, maka pada tahun 1946 tepatnya pada  tanggal 27 februari desa powalutan yang masi berstatus sebagai desa yang belum memiliki Hukum Tua sehingga pada waktu itu dipilihlah Hukum Tua desa powalutan yang pertama. Yang terpilih menjadi Hukum Tua pada waktu itu ialah Bpk. Gumolili, pada periode tahun 1946-1949 dan itu berlangsung secara terus- menurus.




 Secara bergantian dengan hasil pemilihan dari rakyat powalutan maka terpilihlah hukum tua-hukum tua desa Powalutan yaitu:
2. Bpk. Dan Tarumampen  masa kepemimpinannya dari tahun 1949-1950
3. Bpk. Atis Paat masa kepemimpinannya dari tahun 1950-1955
4. Bpk. Jes Legi masa kepemimpinannya dari tahun 1955-1960
Kemudian dalam kepemimpinan Bpk. Jes Legi terjadi Zaman permesta, pada tahun 1960-1962 masyarakat powalutan mengungsi akibat keganasan dari permesta sehingga dipowalutan pun terjadi kekosongan kepemimpinan.Kemudian setelah kembali dari pengungsian untuk tinggal didesa powalutan maka rakyat pun memilih pemimpin desa (hukum tua) kemudian terpilihlah Bpk. Yunus Tulung 1962-1966 yang adalah Hukum Tua kelima desa powalutan. Kepemimpinan didesa powalutan pun terus berlanjut sehingga terpilihlah HukumTua-Hukum Tua Yaitu:

6. Bpk. J.A Pangemanan masa kepemimpinannya dari tahun 1966-1981
7. Bpk. H. Kesek masa kepemimpinannya dari tahun 1981-1994
8.  Bpk. F. Waworuntu masa kepemimpinannya dari tahun 1994
9. Bpk. Daniel Pangemanan masa kepemimpinannya dari tahun 1994-1995
10. Bpk. T.H Merentek masa kepemimpinannya dari tahun 1995-1998
11. Bpk. B. Pangemanan masa kepemimpinannya dari tahun 1998-1999
12. Bpk. N.S.I Pangemanan masa kepemimpinannya dari tahun 1999-2008
13. Bpk. Fredi Mamesah masa kepemimpinannya dari tahun 2008 sampai sekarang






Denah Desa Powalutan
Demikianlah catatan sejarah mengenai masyarakat dan organisasi pemerintah yang ada di desa powalutan dan sebagai catatan informasi:
-          Bpk. Jan Piet Mongula yang adalah tonaas desa Powalutan, pernah menjabat sebagai Walikota Manado ditahun 1950  an
-          Bpk. Hendrik Purukan yang menerima baptisan pertama bersama dengan berdirinya Gereja GMIM di powalutan di bulan Desember (natal) tahun 1942 , perna menjabat sebagai anggota DPRD Minahasa Selatan.
-          Dimasa hukum Tua Junius Tulung yang adalah anggota jemaat Kimi Tombatu mendirikan Gereja Kimi pada tahun 1962
Itulah sejarah desa Powalutan yang disusun dan diperoleh dari sumber sejarah:
Keterangan Narasumber:
- Bpk. J.A Pangemanan. Mantan Hukum Tua desa powalutan (1966-1981)
- Bpk. Junius Tulung. Mantan Hukum Tua desa powalutan (1962-1966)
- dan tokoh-tokoh masyarakat yang hidup di zaman pembentukan desa Powalutan




C.    Keadaan Kegamaan Desa Powalutan
Desa powalutan bisa dikatakan desa yang terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu, karena dari dulu sampai sekarang banyak sekali perubahan yang terjadi didesa kami, baik itu dari masa kepemimpinan Bpk. Jan Piet Mongula sampai kepada masa kepemimpinan Bpk. Fredi Mamesah.Perkembangan desa kami berlangsung secara terus menerus. Dari waktu kewaktu ada beberapa perkembangan yang terjadi didesa Powalutan yaitu:
Dimasa kepemimpinan Hukum Tua kedua yaitu Bpk. Dan Tarumampen pada tahun 1949-1950 sampai kepada Masa kepemimpinan Bpk. Daniel Pangemanan pada tahun 1994-1995 banyak sekali perekembangan yang dilaksanakan oleh pemimpin-pemimpin desa powalutan seperti beberapa jalan di buat sehingga boleh menembus desa kedesa dengan jalan yang besar, beberapa sistem pemerintahan dibuat, beberapa kelompok organisasi desa pun di buat, bahkan didesa powalutan mengizinkan beberapa Gereja ada di powalutan baik itu GMIM, GPDI, GKII, GKBI dan ATVENT Hari Ke-7.  Jadi, gereja didesa Powalutan hingga saat ini ada 5 Golongan gereja yang ada dan pembangunan gerejapun di dukung oleh Pemerintah yang ada. Inilah beberapa Gambarn gereja-gereja yang ada didesa Powalutan :
Yang pertama adalah Gereja GMIM Bukit Moria Powalutan. Gereja ini adalah Gereja paling tua di desa powalutan yang di bangun pada tahun 1942 bulan desember ( hari natal )  gereja ini di bentuk karena diadakan pembabtisan anak pertama yaitu anak dari H.W Purukan yang bernama Hendrik Purukan dan pada saat itu mulailah dibangun gereja GMIM dihalaman rumah Jan Piet Mongula (Tonaas) yang adalah Gereja GMIM  Bukit Moria Powalutan sampai sekarang.
 Yang kedua adalah gereja GPDI Eklesia Powalutan. Gereja ini mengikuri gereja GMIM karena pada waktu itu ada penginjilan yang dilakukan para penginjil karismatik yang dating didesa powalutan dan merekapunmembentuk gedung Gereja yang pada waktu itu adalah sekolah yang bernama Guberdemen School.
Kemudian seiring dengan berjalannya waktu masuklah beberapa gereja yang baru yaitu ADVENT Hari Ke-7, GKII dan GKBI yang datang didesa powalutan melalui beberapa penginjil yang masuk didesa powalutan


D.    Mapalus di Desa Powalutan
Kegiatan Mapalus di desa Powalutan yang saat ini berjalan adalah Mapalus tani ( Maando , mapalus atau Arisan Rumah ( Mamasembongan)  dan Arisan bahan pesta ( Kolet).
1.   Mapalus tani ( maando ) yang berjalan antara lain yang diikuti oleh Ibu Sintje Sual ( Penatua Kolom 8) dan Pak Royke Aring ( penatua kolom 5). Keduanya menyatakan bahwa Mapalus yang mereka ikuti hanya dalam kelompok kecil ( 5-7 orang ) yang bekerja sesuai giliran tetapi tidak semua anggota menggunakan kesempatan ini untuk menanami lahan mereka namun mereka jual tenaga dalam bentuk uang, sehingga mereka hanya menghitung tenaga diganti uang sesuai dengan tarif yang berlaku di desa powalutan yaitu Rp. 100.000/ hari.[14] Waktu untuk bekerja pun tidak ditentukan pada siapa dan kapan, hanya sesuai dengan permintaan jika pemilik lahan siap untuk menerima pekerjaan tersebut.[15]kelompok mapalus seperti ini saat ini hanya ada beberapa dan ada dalam kelompok kecil serta tidak ada anggaran dasar atau aturan tertulis yang diterapkan.
2.Arisan Rumah ( MAMASEMBONGAN)
Arisan ini adalah bentuk lain dari Mapalus, jenis ini terhitung baru dan hanya satu di desa Powalutan. Arisan ini terdiri dari 31 orang anggota, arisan ini berbadan hukum ( dibentuk dan diketahui oleh Pemerintah desa. Mapalus ini, memiliki aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh semua anggota. Sistem kerja adalah setiap giliran berhak atas waktu 55 jam kerja, jam berkumpul adalah jam 5 pagi, pekerjaan dimulai dengan ibadah ( pengurus memanggil para anggota dengan meniup sejenis terompet) dan ibadah awal dipimpin oleh pendeta dan pekerjaan selanjutnya doa mulai bekerja diatur bergilir oleh semua anggota . Dalam mapalus ini, telah dibagi tiap tiap pekerja sesuai dengan kehaliannya ( kayu atau beton). Bagi peserta yang tidak memiliki keahlian atau yang tidak mermilki waktu, dapat mengganti dengan orang lain dan sanksi akan berlaku bagi orang tersebut. Untuk setiap peserta wajib mengumpulkan sejumlah uang dan bahan bangunan pada setiap pembangunan rumah baru.[16] Arisan ini juga menerapkan sanksi untuk keterlambatan dan juga kelalaian dalam pekerjaan dengan hukuman cambuk menggunakan rotan yang jumlah pukulannnya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya.[17] Sejak 31 Oktober 2016 sampai saat ini telah dibangun 3 bangunan.
3. Kolet
            Kolet adalah budaya yang sudah sangat lama dilakukan oleh orang orang Powalutan dan masih bertahan sampai saat ini. Ini Adalah jenis mapalus untuk pesta; nikah,baptisan,nae rumah baru dll. Dahulunya kolet ini hanya berlaku untuk pesta nikah saja namun pada perkembangannya kemudian berlaku juga bagi pesta atau acara lain seperti yang disebutkan diatas. yang disediakan oleh anggota kolet adalah sejumlah bahan dapur ( yang ditetapkan) dan juga yang sesuai keinginan untuk diberikan dan nantinya akan memerima sebagaimana yang dia berikan.[18]

E.     Hasil Wawancara
                  Penulis menggunakan sistem atau teknik wawancara terbuka dengan pertanyaan yang tidak terstruktur. Dari hasil wawancara atau percakapan tersebut penulis mendapatkan pernyataan antara lain:
1.   Mapalus adalah budaya yang saat ini sudah menghilang atau ada yang berjalan namun tidak dengan sistem yang pernah ada di desa Powalutan.[19]
2.   Mapalus adalah suatu sistem kerja yang saling menguntungkan bagi semua anggota mapalus tersebut karena lahan dari masing masing anggota dikelola dengan jumlah tenaga dan waktu yang sama.[20]
3.   Dalam mapalus, ada hak, kewajiban serta sanksi. Namun sanksi tidak diberlakukan oleh semua kelompok; karena pada dasarnya anggota mapalus memiliki kesadaran akan tugas dan tanggung jawab mereka.
4.   Dahulunya Mapalus dikontrol oleh pemerintah desa. Pemerintah ingin melihat masyarakat sejahtera.[21]
5.  Sisi positif dari mapalus adalah; lahan yang dikelola dengan maksimal, kesejahteraan masyarakat desa karena kebutuhan pangan harian yang terpenuhi, keamanan yang kondusif, tidak ada atau sangat kurang adanya kasus pencurian yang terjadi di desa Powalutan.
6.   Mapalus mengajarkan sebuah etos kerja kepada generasi muda pada waktu itu.
7.   Mapalus memiliki nilai budaya dan religius karena itu adalah warisan dan dipandang memiliki nilai religi karena dalam mapalus selalu dimulai dengan doa dan ucapan syukur saat panen tiba.
8. Dlam suatu kelompok mapalus, ketua atau Mawali wali akan memberi nasehat ketika waktu istirahat makan. Juga ditekankan untuk enggota mapalus tidak terlibat atau melakukan hal hal yang tidak baik dan dapa merusak nama baik kelompok.[22]
9. Mapalus telah ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat karena kehidupan yang semakin individualis dan banyak generasi muda yang lebih memilih untuk sekolah di luar dan petani memfokuskna diri pada pekewrjaan perorangan seperti cap tikus.
10.  Mapalus tani saat ini berjalan hanya beberapa itupun dalam kelompok kecil, dan ada sebagian anggota yang mengganti atau menjual gilirannya dengan uang.
11.     Saat ini di desa Powalutan, sering terdengar banyak kasus pencurian, ini dipandang sebagai salah satu dampak negatif tiadanya mapalus.
12.     Banyak masyarakat yang membeli bumbu dapur dan sayuran pada penjual dari luar desa. Para peternak babi harus membeli jagung sebagai pakan diluar desa Powalutan.
13.  Banyak lahan yang tidak dimanfaatkan dengan maksimal ( lahan tidur ) yang dikarenakan kurangnya tenaga untuk mengelola lahan yang luas dan jarak yang bervariasi.
F.     Analisis Data
         Dari hasil observasi dan hasil wawancara penulis kemudian melakukan analisa terhadap data tersebut. Powalutan adalah sebuah desa yang bergantung pada alam dan pemanfaatanya antara lain dengan pertanian dan perkebunan serta pengolahan kayu. Menurut wawancara dengan para orang tua, mapalus adalah budaya Minahasa yang sangat dilakukan oleh masyarakat dan membawa dampak yang sangat baik dalam segala aspek kehidupan  masyarakat.  Di desa Powalutan banyak orang sering menggunakan kata Mapalus namun dalam prakteknya, mapalus ternyata sudah jauh bergeser dari yang sebagaimana pernah ada di desa Powalutan. Dipandang juga oleh para responden bahwa ketika mapalus masih berjalan, tidak ada lahan tidur, tidak atau kurangnya kasus pencurian di kebun dan rumah warga, kasus pencurian yang sering terjadi adalah hilangnya ayam dan juga tanaman warga di kebun; ini ditenggarai dilakukan karena tuntutan ekonomi. tidak ada atau sangat kurang lahan tidur karena lahan dikelola dengan maksimal. Fenomena lain yang tidak seharusnya terjadi di daerah agraris yang subur adalah masyarakatnya membeli bumbu dapur seperti Batang bawang, kemangi atau kokuru, jahe ( goraka), kunyit ( biji kuning), bawang merah dan bawang putih, seharusnya bahan bahan tersebut ditanam sendiri sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Bagi para peternak babi, harus membeli bahan pakan atau jagung di luar desa Powalutan. Ditambah lagi Mapalus tidak dijadikan program oleh pemerintah seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintah di masa lalu. Dari Hasil wawancara penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya para responden dan masayarakat tahu apa itu mapalus ( apalagi bagi mereka yang dulunya pernah mengikuti Mapalus), bahkan dianatarnya ada beberapa pengurus kelompok mapalus dan juga ada mantan Hukum Tua yang notabene adalah penggerak kegiatan ini di zaman pemerintahannya. Dalam pandangan penulis, Mapalus ( dalam arti dan tindakan sebenarnya ), sudah tidak lagi dikenal oleh generasi muda saat ini. Banyaknya bantuan bibit jagung dan pupuk dari pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan tidak dikelola dengan maksimal karena antara lain keterbatasan tenaga untuk membuka kembali lahan, menggemburkan tanah, menanam sapai pada panen, sehingga penulis mendapati banyak bibit jagung yang hanya dipakai sebagai makanan ternak ( ayam ).
Mengenai hubungan antar denominasi Gereja di Powalutan sangatlah kondusif, selama dua tahun ini penulis melihat dan merasakan sendiri bagaimana kebersamaan Jemaat dari 5 denominasi Gereja yang ada di desa ini. Salah satu wujud adalah ibadah penghiburan,kumaus adalah ibadah yang harus dihadiri oleh semua masyarakat tanpa melihat asal gereja dari keluarga tersebut. Kemudian ada kegiatan dana sehat di masing masing gereja yang ternyata peserta dari dsana sehat tersebut tidak hanya dari Jemaat gereja tersebut namun bisa ada anggota yang dari gereja tetangga.

BAB III
KAJIAN TEORI
1.      KERJA
            Sebelum membahas tentang Mapalus, maka ada baiknya kita mengetahui tentang kerja; dalam pandanganj ahli dan juga menurut Alkitab. Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI); kegiatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Koontz dan O’Donnel; kerja adalah penggunaan tenaga dalam menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu, usaha tersebut dapat dilakukan dengan tenaga fisik atau mental dan dilakukan dengan sukarela atau dengan terpaksa[23]
Kerja, pekerjaan; ma’aseh: perbuatan ( bnd.kej.5:29,Kel.5:4,-), mela’kha ( bnd. Kej.2:2,3; Kel.20:9,dll), dan po’al. Dalam bahasa Yunani digunakan kata  ergon yang sering muncul di kitab Yohanes,Ibrani, Yakobus dan Wahyu. Kata ergates ( Yun); menunjuk pada keuntungan  atau nafkah hidup yang didapatkan dari sebuah pekerjaan. Dari arti penggunaan kata “kerja” tersebut diatas menunjukan kegiatan Allah maupun kegiatan manusia. Pekerjaan adalah jelas ditata oleh Allah, kerja adalah tujuan dari Allah untuk manusia yang dinyatakan antara lain dalam Mazmur 104:19-24 dan Yesaya 28:23-29 sebagai ketentuan hikmat Allah.[24] Dalam kamus Alkitab, Perjanjian Lama menyatakan bahwa kerja adalah sebuah keikutsertaan dalam maksud Ilahi karena Allah dipandang sebagai yang kreatif. Pekerjaan juga dilakukan oleh Rasul Paulus untuk hidup ( Kis.18:3 ), dan Iapun menasehati orang percaya untuk tidak bermalas – malasan ( 1 Tes.:16:14 ). Dilain pihak kerja adalah bagian dari hukuman Tauhan atas manusia yang jatuh kedalam dosa ( Kej.3.:17).[25] Dosa menyebabkan kerja berubah dari sebuah kegembiraan menjadi kesusahpayahan ( bnd. Kej.3:16-19).[26] Kerja untuk menghasilkan sesuatu tidaklah mudah dan butuh keringat dan tenaga yang besar.
            Kata “kerja” yang juga dipakai dalam PL adalah abad, abodah  yang artinya melayani. Melayani kepada seseorang yang statusnya lebih tinggi maka jelaslah tujuan kerja adalah melayani atau pelayanan. Kata abad dan abodah  ini juga diartikan sebagai ibadah. Sehingga mendukung pernyataan bahwa kerja adalah ibadah.[27] Kerja sebagai iabdah ditegaskan oleh Jhon Calvin dengan kalimat Labora Est Orare , yang memiliki makna bahwa sebagaimana kita taat beribadah demikianlah kita taat dalam bekerja. Ketika kerja dipahami sebagai perintah Allah sekaligus juga kerja sebagai bagian dari dampak jatuhnya manusia ke dalam dosa, maka pekerjaan tidak lagi mejadi hal yang mudah untuk dilakukan, apalagi untuk kelangsungan kehidupan.
Gereja hadir di tengah dunia adalah untuk membawa dan menjalankan misi Allah. Allah memakai gereja sebagai alat-Nya guna melaksanakan tugas-Nya, yaitu tugas bersekutu, bersaksi dan melayani demi terciptanya syalom Allah di dunia. Sebagai wujud nyata pelaksanaan misi, salah satunya adalah dengan bekerja. Kerja juga adalah wujud nyata ibadah manusia kepada Allah. Ibadah yang sejati adalah pelayanan yang nyata dalam kehidupan setiap hari. Allah mengutus gereja untuk melayani Allah dan sesama manusia. Melayani Allah berarti gereja atau orang-orang percaya harus melakukan kehendak Tuhan, melakukan kehendak Tuhan berarti gereja berada di dunia juga untuk sesama manusia. Ibadah merupakan keseluruhan hidup manusia, dengan kata lain ibadah bukan hanya sebatas menyanyi, berdoa dan mendengarkan Firman Allah (ibadah liturgis). Dengan demikian kehidupan gereja tidak hanya terarah pada ibadah liturgis melainkan harus juga terarah pada ibadah yang nyata dalam kehidupan keseharian, termasuk di dalamnya bekerja.
Misi Allah dimengerti sebagai inisiatif dari Allah sendiri di dalam Yesus Kristus yang mengutus gereja untuk berkarya di tengah-tengah dunia. Dengan demikian misi gereja adalah keterlibatan atau partisipasi gereja karena pengutusan Allah. Dalam misi Allah, gereja terpanggil  untuk menyatakan tanda-tanda Kerajaan Allah, untuk menciptakan damai sejahtera Allah di dunia. Gereja lewat pelayanan misinya, mengabarkan berita keselamatan bagi dunia dalam segala aspek kehidupan manusia, baik jasmani maupun rohani. Misi bukan hanya merupakan tugas dari orang-orang tertentu saja, melainkan merupakan tugas setiap warga gereja.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kerja adalah bagian dari hakikat Allah sendiri, dan karena itu pula kerja merupakan hakikat manusia. Manusia adalah manusia yang bekerja (Homo Laborans). Kerja dikatakan adalah bagian hakikat Allah karena Allah juga adalah Allah yang berkarya atau Allah yang bekerja. Allah adalah Pekerja yang sesungguhnya. Salah satu dari karya atau kerja Allah adalah menjadikan atau menciptakan seperti yang disaksikan dalam Alkitab. Manusia adalah salah satu hasil ciptaan Allah yang diciptakan menurut rupa dan gambar-Nya. Karena manusia diciptakan segambar dengan Allah, maka kerja itu juga merupakan hakikat manusia. Manusia adalah pekerja menurut kodratnya, karena setelah Allah menjadikan manusia, Allah memberi mandat kepada manusia yaitu bekerja untuk memelihara dan mengolah hasil ciptaan Allah yang lain. Jika manusia tidak bekerja, maka manusia melawan kodratnya sebagai pekerja.
Kerja manusia harus dilihat dalam hubungannya dengan Allah, karena kerja juga merupakan perintah dari Allah. Allah menjadikan manusia sebagai mandataris, petugas. Allah memberikan kepada manusia jabatan-jabatan kepercayaan dalam alam kejadian-Nya. Allah membuat manusia menjadi partner dalam rencana-Nya, bahkan menjadi kawan-Nya.[28] Dengan demikian, bekerja pertama-tama berarti melaksanakan perintah Allah. Barangsiapa tidak taat kepada perintah itu, barangsiapa tidak bekerja, sedangkan ia mampu bekerja, melanggar perintah Allah serta berbuat dosa kepada Allah.[29] Perintah bekerja itu berlaku bagi setiap orang yang mampu baik secara fisik atau jasmani maupun secara mental atau rohani.
Kerja merupakan salah satu sarana misi Allah. Hal ini bermula dari kisah Pemanggilan Abraham dan umat Israel. Allah mengasihi dunia ini, dan kasih Allah itulah yang menjadi dasar pelayanan di dunia. Pelayanan Allah di dunia diarahkan untuk keselamatan dunia. Untuk itulah Allah memanggil Abraham, umat Israel, bahkan orang-orang yang dipilih-Nya untuk pemenuhan misi Allah tersebut yakni menghadirkan damai sejahtera dan keselamatan bagi dunia.
Di dalam Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru selalu ditekankan tentang bekerja atau kerja. Dengan bekerja manusia telah melaksanakan perintah Allah, tetapi dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebuTuhan hidup menurut jerih payah dan bersukacita dengan hasil kerjanya (Pengkhotbah 5:17-19). Dengan bekerja dapat menghadirkan damai sejahtera, baik bagi diri sendiri, keluarga bahkan bagi masyarakat. Dalam Perjanjian Baru, bahwa bekerja merupakan hakikat Bapa, sehingga manusia selayaknya untuk bekerja, seperti teladan yang diberikan oleh Yesus Kristus yang mengatakan bahwa: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga” (Yoh. 5:17). Yesus memberikan teladan kepada manusia untuk bekerja dan menghadirkan damai dan keselamatan bagi orang lain. Manusia yang bekerja juga tidak akan menggantungkan kehidupannya pada orang lain, dan dengan bekerja juga manusia menjaga ketertiban di dalam kehidupannya (I Tes. 4:11-12; I Tes. 3:10-11). Paulus di jemaat Tesalonika mengecam orang-orang yang tidak tertib dalam hidupnya dengan tidak bekerja, sehingga ia mengatakan bahwa seorang yang tidak bekerja sebaiknya tidak makan. Peringatan yang sangat keras namun memberikan pengertian kepada jemaat untuk menertibkan hidupnya dan tidak tergantung pada orang lain.
Kerja yang benar diwujudnyatakan dalam pengabdian, kepaTuhan, ketaatan dan kesetiaan yang tercermin dalam tugas dan tanggung jawab yang tinggi, serta kesadaran penuh dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kerja yang benar juga merupakan tanda terima kasih atau ungkapan syukur manusia kepada Tuhan, sebagai jawaban manusia terhadap panggilan Allah. Oleh karena itu manusia adalah hamba Tuhan yang dipanggil Allah untuk melakukan pekerjaan. Sebagai hamba Allah, maka manusia juga adalah pekerja Allah yang membawa keselamatan bagi setiap manusia di dunia. Kerja seorang hamba Allah juga meliputi kasih dan kesetiaan. Kerja yang merupakan bakti manusia kepada Allah, mempunyai arti bahwa antara Allah dan manusia mempunyai hubungan kerja sama yang erat. Allah sebagai Pencipta (Kreator) dan manusia sebagai yang memelihara dan mengolah hasil ciptaan dengan benar.
2.      MAPALUS
Mapalus atau dalam bahasa Tontemboan; maando; Mamandoan, seringkali disamaartikan dengan praktek Gotong royong, yang dilaksanakan dalam rangka kebuTuhan bersama untuk anggota dalam suatu komuintas. Mapalus identik dengan budaya agraris atau pertanian dan perkebunan. Yang membedakan Mapalus atau Maando dengan gotong royong adalah; gotong royong bersifat sukarela.[30]secara fundamental, menurut Jan Turang, mapalus adalah suatu bentuk gotong royong tradisional yang berbeda dengan sistem gotong royong modern yang beroirientasi kepada kepentingan ekonomi sosial saja namun Turang lebih melihat Mapalus mengandung local spirit dan local wisdom masyarakat Minahasa yang kemudian terpatri dalam tiga hal yaitu  touching heart, teaching mind dan transforming life:  mapalus adalah hakikat dasar dan aktivitas kehidupan orang Minahasa yang terpanggil dengan ketulusan hati yang mendalam ( Touching heart) dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab menjadikan manusia dan kelompoknya ( teaching mind ) untuk saling mrnghidupkan dan saling mensejahterakan setiap individu dan kelompok dalam komunitasnya ( transforming life )[31]
Dalam kebudayaan Tontemboan, Mapalus diatur atau dipimpin oleh empat pemimpin dengan fungsi masing masing yaitu: Ma-wali, ma-pontol,ma-tawang,ma-pongkol.[32] Mapalus atau Maando semacam kelompok orang yang memiliki nilai kebersamaan dan  solidaritas ini tidak hanya sekedar theory melainkan praxis, sehingga menurut Siwu, Mapalus adalah cara hidup yang kemudian menjadi identitas suatu komunitas dalam hal ini Minahasa. Siwu tidak setuju dengan pemahaman bahwa Mapalus hanyalah sebuah kegiatan atau komunitas dalam pranata ekonomi sosial tapi yang lahir dari pemahaman akan nilai religius.[33]kemudian membentuk kelompok kerja dengan aturan aturan dan pemimpin didalamnya. Mapalus adalah kegiatan kerja yang didalamnya tidak terdapat kompetisi karena apa yang dikerjakan adalah sama untuk semua anggota maka ini seringkali disebut dengan Masembong sembongan yang berarti saling membantu.


3.    MAPALUS SEBAGAI PERWUJUDAN SEMBOYAN SI TOU TIMOU TUMOU TOU
Si Tou Timou Tumou Tou berarti seorang manusia, si tou, menjadi manusia  sejati, timou, jika ia memanusiakan, tumou,  manusia ciptaan Tuhan yang lain, tou. Sitou Timou Tumou Tou adalah konsepsi tentang orientasi nilai budaya Minahasa, sebagai suatu premis atau dasar pikiran kultur, yang berhubungan dengan hal-hal berikut. Pertama, asas egaliter, kesederajatan, dalam status sosial, yaitu tidak adanya kelas sosial atau feodalisme, dalam hak dan kewajiban, dalam gender, yaitu kesamaan status antara laki-laki dan perempuan. Kedua, asas resiprositas atau timbal-balik, dalam maesa-esaan, maleo-leosan, dan masawa-sawangan. Maesa-esaan, bersatu, adalah upaya dengan niat luhur mencapai tujuan bersama sehingga terwujudlah kesatuan dan persatuan warga Mianahasa. Maleo-leosan, sayang-menyayangi,  adalah upaya saling menunjukkan perbuatan yang baik di antara sesama warga Minahasa, dan sesama manusia, sehingga terwujudlah suasana harmonis, damai, sentosa, saling mengunjungi untuk memperkuat ikatan batin, dalam penghayatan akan eksistensi Pencipta alam raya ini. Masawa-sawangan, bekerjasama, adalah upaya tolong-menolong dengan iktikad yang murni, luhur tanpa mengharapkan imbalan berupa apa pun juga.
Ungkapan Si Tou Timou Tumou Tou memperlihatkan bahwa orang Minahasa itu lahir untuk berkarya bagi dirinya, bagi orang lain, dan bagi “Yang Maha Mengetahui”. Apakah yang mesti dilakukan untuk mewujudkan prinsip ini? Pertama, karya Timou, memanusiakan diri sendiri, mengembangkan dan meningkatkan segala potensi yang ada dalam diri seseorang, sebelum tugas Tumou, memanusiakan orang lain. Hukum Adat Minahasa dan hukum Negara, memberi hak, bahkan dihayati sebagai kewajiban, untuk melakukan tugas Timou, membina diri, dengan mengembangkan kemampuan pribadi, misalnya menuntut ilmu pengetahuan sebanyak dan setinggi mungkin, melakukan tugas setekun mungkin, menjalankan bisnis secermat mungkin, meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seideal mungkin. Kedua, karya Tumou. Ada banyak jalan yang bisa ditempuh, dan banyak cara yang bisa diaplikasikan. Petunjuknya yaitu pandanglah ke masa depan demi inovasi dan kreatifitas, dan pandanglah ke belakang memanfaatkan pengalaman positif dan negatif, dan pandanglah ke sekelilingmu guna mengasihi orang lain dan luwes ketika bergaul, dan pandanglah ke atas guna menyerahkan seluruh pelaksanaan kinerja itu kepada Tuhan, yang akan menyempurnakan kinerja itu.
Prinsip Si Tou Timou Tumou Tou itu, sebagai keunikan mapalus, lahir dari inner world pribadi orang Minahasa, yaitu kasih. Kalau bukan kasih, tidak akan ada karya timou dan karya tumou. Dari sudut pandang budaya Minahasa, seseorang dipandang berhasil dalam hidup ini kalau ia sudah melakukan tugas Timou dan tugas Tumou. Maka akan muncullah ucapan “Si sei reen”, “Rupanya dialah orang Minahasa yang berprestasi dan berprestise itu.” Ada kalanya seseorang, Sii Tou, hanya berhasil dalam karya Timou, tetapi belum berhasil dalam karya Tumou Tou. Kinerja Tumou tidak sesederhana wacananya, karena memerlukan daya ilahi pelengkap daya insani. Lagi pula, banyak kendala dan tantangannya yang mesti diatasi.
Aktualisasi diri orang Minahasa dalam tugas timou tampak dalam persaingan guna meningkatkan bobot pribadi. Dalam tugas tumou mereka tampak banyak bicara dan banyak berbuat. Ada prestasi ‘aku’ dalam kebersamaan. Di sini, ‘aku’ tanpa sesama akan meniadakan ‘aku’.Aku hanya berarti karena ada sesama; hubungan aku – kita. ‘Aku’ tidak lebur dalam sesama. Orang Minahasa memperlihatkan juga sifat dan sikap demokratis, seperti yang terwujud dalam suka berkumpul dan mempersatukan diri, dalam musyawarah, dalam mengambil keputusan dan dalam cara memimpin. Musyawarah merupakan suatu sendi kehidupan masyarakat Minahasa. Orang yang dihormati dalam pengambilan keputusan ialah orang tua dan para cerdik pandai. Sifat yang terpuji adalah tenggang-menenggang. Sikap yang terpuji adalah “ambil jalan tengah” dan “jangan lupa Yang Mengetahui”. Tentu akan ada saja orang yang pandai tetapi tidak cerdas. Ia belum bisa menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dipunyainya secara “the right place, the right time, the right way dan the right intention, atau yang suka dan sudi memaksakan kehendaknya kepada pihak lain. Ini berarti bahwa kinerjaTimou orang itu belum tuntas. Memang, Timou adalah proses yang berlangsung seumur hidup orang. Begitu pun Tumou. Sejarahlah yang  akan mengujinya.[34]

4.      ANALISIS BAB III
Dengan kajian teori yang diambil dari pandangan para ahli dan juga dari Alkitab, maka penulis mendapat gambaran bahwa kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Allah dan manusia untuk mencapai suatu tujuan, kerja bagi manusia adalah perintah Allah karena itu sejajar dengan ibadah yang sama sama menggunakan kata Abad, Abodah. Maka mau tidak mau kerja harus dilakukan oleh manusia karena selain perintah, kerja adalah cara untuk Survive atau bertahan hidup di dunia. Jika belajar dari kisah penciptaan maka kita akan mendapati Allah melakukan penciptaan dengan sistematis atau penuh keteraturan dan ini tentunya memberikan pengajaran bagi manusia untuk bekerja dengan teratur, sistematis, berdayaguna. Dalam pemaparan diatas dikatakn bahwa seorang manusia akan bekerja dengan susah payah menunjukan keterbatasan tenaga bahkan waktu dari seorang manusia untuk berkativitas atau bekerja. Maka dengan hikmat dari Tuhan, manusia harus memikirkan bagaimana ia dapat bekerja dengan maksimal dan dengan tenaga yang dapat terus terjaga, karena apabila manusia memaksakan diri untuk melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan maka akan membawa dampak negatif pada dirinya sendiri. Penciptaan Hawa untuk menjadi pendamping Adam adalah suatu petunjuk yang sangat jelas bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain ( manusia adalah makluk sosial).
Kerja dalam hubunganya dengan mapalus tentu adalah perwujudan dari bagaimana manusia berusaha untuk bekerja dengan keras namun dengan tidak mengabaikan berbagai potensi yang ada di sekitarnya termasuk sesama manusia. Mapalus dalam hal ini adalah cara kerja yang adalah perwujudan dari bagaimana manusia itu bekerja dengan keras, cerdas dan tuntas. Mapalus menunjukan kebersamaan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang tentunya lahir dari hati yang taat kepada Tuhan dan rasa solidaritas antar sesama manusia sebagai makluk sosial. Mapalus menerapkan sistem kerja yang penuh dengan kedisiplinan, keteraturan dan kebersamaan sehingga akan tercapai sebagaimana yang dikatakan oleh Richard Siwu “ Mutual Aid “.



BAB IV
REFLEKSI TEOLOGIS

1.      Amsal 30: 24 - 28
“ ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan;  semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja namun semuanya berbaris dengan teratur,cicak yang dapat kau tangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana – istana raja”

Ditahun 2017 pada bulan Februari – Maret, Sinode GMIM mengeluarkan tema “ Bekerja Dalam Ketaatan”, yang dalam salah satu tema mingguan diangkat “ Kerja Keras,Cerdas dan Tuntas”. Manusia memang harus bekerja keras karena dengan demikian ia akan bertahan hidup, memenuhi kebuTuhannya selain tentunya dengan kesadaran bahwa ia bekerja karena itu adalah perintah Allah. Dia harus bekerja dengan cerdas untuk memanfaatkan potensi yang dianugerahkanm Tuhan padanya termasuk ketergantungannya akan manusia yang lain sehingga suatu pekerjaan dapat terlaksana sampai tuntas.
Amsal dalam bahasa Ibrani misyle; misyle syelomoh  atau amsal amsal Salomo sebagai himpunan dari kumpulan kumpulan Amsal. Garis garis besar dalam kitabAmsal terdiri dari:
Ø  Kepentingan hikmat
( 1:1-9,18 )
Ø  Kata kata orang bijak
 ( 22:17-24:22 )
Ø  Ucapan ucapan tambahan orang bijak ( 24:23-34 )
Ø  Amsal amsal tambahan dari Salomo ( 25:1-29:27)
Ø  Kata kata Agur ( 30:1-33 )
Ø  Kata kata Lemuel ( 31:1-9 )
Ø  Pujian untuk istri yang cakap
( 31:10-31 ).



Dalam karya tulis ini penulis berefleksi dari Amsal 30 : 25-27 yang ada dalam bagian kata kata Agur Bin Yake. Bagian ini menurut ensiklopidia Alkitab, identitas Agur tidaklah dikenal. Ayat ayat yang bersifat agnotis dengan sebuah pernyataan dalam ayat 5&6 tentang Firman Allah yang tidak dapat diubah. Bagian inipun berisi beberapa kualitas yang dianjurkan ataupun dicela. Agur (Artinya: Seorang Penghimpun), Dia Adalah Anak Dari Yake (Ibrani: Yaqeh, Artinya: Tidak Bersalah, Patuh Yang Mungkin Berhubungan Dengan Kata Yiqakhah, KepaTuhan/ kemurnian). Amsal 30:1
LAI , Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis tenagaku.
Agur dari Masa adalah seorang penulis atau penghimpun dari Amsal 30:1-33. Kata Masa disini adalah merujuk kepada nama suatu daerah/ nama negara, Namun ada beberapa terjemahan (misalnya KJV) menerjemahkan kata Ibrani:  Masa itu dengan "pesan," atau "nubuat atau "an inspired utterance/ perkataan hikmat." Jadi, nama 'Agur disini tidak dianggap sebagai nama orang asing/ nama orang dari tempat lain. Sebab ada beberapa tafsiran yang menyatakan bahwa 'Agur ini adalah juga nama lain/ julukan yang lain dari nama Raja Salomo sedangkan nama Yaqeh diartikan dengan "patuh, murni," Jadi maksud nama "Agur Bin-Yaqeh", adalah "Agur si anak saleh." Hal ini juga selaras dengan nama pemahaman nama Lemuel yang juga dihubungkan dengan nama Raja Salomo. Sehingga dengan demikian nama Raja Salomo adalah satu-satunya penulis/ Penggagas kitab Amsal, Namun sebenarnya tidak tertutup kemungkinan dimana Raja Salomo dalam tulisan-tulisannya itu juga menyerap hikmat / mempelajari "kata-kata hikmat" yang diserap dari tempat-tempat lain. Raja Salomo bisa saja tidak menulis suatu hikmat dari pribadinya sendiri namun juga menyusun/ menghimpun suatu hikmat/ amsal yang dipelajarinya, dan itu dialaminya, diresapinya dalam hubungannya terhadap masyarakat sekitar dan terhadap Tuhan.
Kumpulan Amsal/ kata-kata hikmat dari bangsa-bangsa lain dapat diserap didalam sastra hikmat Ibrani. Jadi, ini bukanlah suatu kemustahilan, bahwa kadang-kadang "suatu hikmat/ filosofi" bisa saja 'diambil alih' dan 'diformulasikan' oleh bangsa Israel untuk disesuaikan dengan iman mereka yg terikat dengan sejarah Israel. Demikianlah pendapat para ahli-ahli modern yang berbeda dengan tradisi rabi Yahudi ba
hwa Agur dan lemuel bukanlah Salomo.
·         Semut
Dalam bahasa ibrani ,N’mala ,  menunjukan kepada semut penuai yang secara fisik sangat lemah namun kuat bekerja untuk mengumpulkan makanan, memiliki visi yang kuat untuk masa depan, mereka tidak bekerja sendiri dan untuk diri sendiri namun mereka hidup dan bekerja untuk kepentingan bersama. Dalam Amsal, jelas semut yang dimaksud adqalah semut penuai yang mengumpulkan segala macam jenis bibit selama musim panasdan menyimpannya dibawah serambi bawah tanah.
Pelajaran yang dapat dipetik dari semut dalam bagian ini adalah, mereka bekerja keras mengumpulkan makanan yang tepat dan dengan kebijkasanaan yang luar biasa mereka pun melakukannya di waktu yang tepat yaitu musim panas bagi kita manusia ini adalah hal yang sangat baik untuk dipelajari bagaimana semut bekerja dengan visi kedepan untuk kepentingan bersama, melakukann oekerjaan dengan tujuan dan waktu yang tepat. Amsal 6:6 , mengajak manusia untuk tidak malas dan belajar pada semut yang karena rajin dan bervisi maka mereka memilki persediaan makanan yang akan membuat mereka nyaman dimusim penghujan ataupun salju.
·         Pelanduk
Sejenis tikus gurun seperti marmut Alpen tapi berukuran lebih besar, dalam bahasa ibrani syafan,  yang menurut ensikolpedia Alkitab, disebut dengan kambing gurun. Hewan ini makan tumbuh tumbuhan dan tinggal di daerah perbukitan. Bianatng ini membuat rumah dibukit bukit batu untuk menghindari pemangsa yang bisa saja merenggut kehidupan mereka jika salah dalam memilih tempat tinggal, hal ini dikatakan bijak karena datang dari kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan mereka yang mendorong mereka untuk berusaha dengan keras.
·         Belalang
Dalam bahasa Ibrani; Yeleq: pelompat. Belalang digambarkan sebagai jenis binatang yang tidak mempunyai raja namun mereka dapat hidup bersama dengan teratur,tertib,disiplin,kompak dan bersatu. Mampu memobilisasi diri dan memilki rasa solidaritas yang sangat tinggi. Kelemahan mereka mengantar mereka untuk hidup bersama dan tidak ada rasa paling kuat diantara mereka sehingga dikatakan pada bagian ini, walaupun tidak memilki raja namun berbaris rapi menurut penulis menunjuk kepada kesadaran diri, kedisiplinan dan rasa solidaritas tinggi untuk saling melindungi dalam satu komunitas.
·         Cicak
Cicak adalah bianatang yang juga termasuk lemah karena ukurannya yang kecil sebagaimana ketiga bianatang yang telah disebutkan terlebih dahulu. Cicak dalam kelemahannya juga bisa berada di istana istana raja, menunjukan pemeliharaan Tauhan dalam kehidupan, sesuatu yang mungkin dianggap mustahil namun tidak bagi Tuhan.
Dari bagian ini, Agur ingin menunjukan bagi kita untuk menghargai setiap hikmat,ketaatan,kerajinan,visi dan misi dan bukan saja mengandalkan ukuran tubuh dan kedigdayaan semata, untuk mengagumi hikmat dan kemahakuasaan Tuhan yang dianugerahkan kepada makhluk makhluk yang dianggap lemah sekalipun apalagi kita manusia, untuk mempersalahkan diri kita apabila rasa malas, tidak memilki visi dan misi untuk masa depan untuk kepentingan kita dan juga keluarga bahkan kelompok atau komunitas dimana kita berada. Belajar darin cicak bahwa setiap yang bekerja dengan cekatan dan tidak malas akan berada dihadapan para raja, artinya kurang lebih adalah dalam kelemahan apabila bekerja dengan cerdas maka akan mendapat penghargaan baik secara prestise dan hasil yang dituai sebagaimana yang disebutkan dalam Amsal 22:29 “ pernahkah engkau melihat seorang yang cakap dalam pekerjaannya?. Di hadapan raja raja ia akan berdiri, bukan dihadapan orang orang yang hina.”

2.      Kisah Para Rasul 4:32-35
Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar  rasul-rasul memberi kesaksian  tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
Kisah para Rasul, Yun: praxeis Apostolon,  yang bagian bagian awalnya dinyatakan sebagai Injil menurut Lukas[35]. KPR memuat kisah perjalanan Injil dari Yerusalem  ke Roma sebagai tindak lanjut dari suksesnya pemeritaan Injil kepada orang Yahudi.[36]KPR memilki kesamaan dengan Injil lukas yaitu bergaya Yunani dan sama sama dipersembahkan untuk Theofilus.
Ciri khas jemaat pertama selain giat memberitakan Injil adalah Memiliki persekutuan yang intim dan indah. Itu-lah yang diperlihatkan dalam Kis.4:32-35. Jemaat yang telah diselamatkan oleh Kristus menunjukkan sifat Kristus mulai terbentuk dalam hidup bergereja.
Saling melayani dan saling memberi adalah wujud yang terlihat dalam gereja perdana. Pertama-tama, mereka dikatakan sehati dan sejiwa bukan dalam bentuk abstrak, tetapi konkret. Sedemikian konkret sehingga setiap orang berkata bahwa kepunyaan sendiri adalah milik bersama (ayat 32). Dasarnya adalah oleh kuasa kebangkitan Kristus, mereka telah menerima kasih karunia yang berlimpah-limpah. Kedua, bukan hanya dalam tataran kata-kata, melainkan dalam tindakan nyata setiap anggota jemaat menyatakan kasih dengan harta mereka. Mereka yang diberkati membagikan hartanya kepada yang berkekurangan sehingga semua diberkati. Ketiga, jemaat Tuhan melayani dan memberi bukan dengan sembarangan atau semau sendiri. Mereka memercayakan hal itu kepada para rasul yang menjadi pemimpin gereja saat itu. Ini menunjukkan kedewasaan dalam memberi, bukan sekadar unjuk diri sebagai seorang yang murah hati.[37]
Kini kita menyebut pelayanan kasih seperti itu dengan pelayanan diakonia. Pelayanan ini memperhatikan kebutuhan jasmani dengan kesadaran bahwa Tuhan menyelamatkan manusia secara utuh. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengabaikan pelayanan kasih ini atas nama pelayanan rohani atau pengabaran Injil. Sebab semua pelayanan harus mendapatkan tempat secara proporsional dalam pelayanan gereja dan terutama harus terintegrasi dengan visi dan misi gereja.
Gaya hidup Jemaat mula mula ini ada dalam suasana yang penuh dengan kasih dan membawa mereka dalam solidaritas sehingga mereka memandang harta milik seseorang adalah juga milik semua orang, dan ini menurut penulis bukanlah hal yang pasif dari satu pihak, misalnya orang yang miskin kemudian hanya mengharapkan pemberian dari orang yang kaya namun saya melihat dalam hal ini mereka selain saling berbagi harta yang dijual, mereka juga bekerja dan hasilnya dinikmati bersama. Gaya hidup seperti ini tentunya adalah gaya hidup yang berdasarkan kasih Allah yang diwujudkan dalam kasih kepada sesama. Ini berarti, firman yang membawa perubahan dalam pola pikir jemaat sehingga mereka tidaklah hidup dalam gaya individualis tapi dalam kebersamaan yang sangat sejalan dengan apa yang dituliskan dalam Amsal 30 diatas, bagaimana manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, bahwa mereka hasrus bekerja dan memanfaatkan semua potensi termasuk kebersamaan tersebut. Bekerja bersama juga tebtunya adalah cara yang cerdas untuk menutupi keterbatasan fisik dan waktu apabila harus melakukan suatu pekerjaan yang besar.


BAB V
PENUTUP

Ø  KESIMPULAN
Pada hakikatnya Allah adalah Allah yang terus mengajarkan dan menginginkan manusia untuk giat bekerja sebagaimana yang disebutkan dalam kejadian 2, dimana setalah Allah sendiri bekerja untuk menciptakan langit dan bumi serta segala isinya termasuk manusia, maka Allah pun memberi perintah kepada manusia untuk bekerja mengusahakan taman itu. Bahkan setelah manusia jatuh kedalam dosa, perintah untuk bekerja tetap berlaku bahkan penuh dengan susah payah dan keringat oleh karena dosa. Kerja dilakukan untuk kelangsungan hidup manusia. Kerja untuk hidup harus dilakukan dengan susah payah dengan tenaga dan pikiran, kerja yang keras menghasilkan hasil yang besar dan sebaliknya maka manusia harus memaksimalkan setiap potensi yang dikaruniakan Allah kepadanya. Selain talenta diri dan sumber daya alam yang telah disediakan Tuhan, manusia juga diberikan kehidupan yang saling bergantung, tidak dapat hidup tanpa orang lain, maka inipun selain dilihat sebagai salah satu kelemahan namun juga harus dilihat sebagai suatu anugerah dari Allah. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri maka ia membutuhkan orang lain, dan dengan demikian mereka bisa merumuskan satu tujuan untuk kebaikan bersama dan kemudian berusaha bekerja bersama sama. Kehidupan yang saling bergantung akan mengumpulkan manusia dalam suatu komunitas dan akan menimbulkan rasa solidaritas ( touching heart ) dan memunculkan ide ( teaching mind ) untuk berusaha mewujudkan kesejahteraan bersama ( transforming life ). Rasa solidaritas membuat manusia ingin menciptakan kesejateraan tidak hanya bagi dirinya tapi untuk semua anggota kelompok atau komunitas dimana ia berada. Mapalus adalah suatu sistem kerja yang dapat saya katakan sebagai kerja yang cerdas, karena dengan mapalus, suatu kelompok dapat bekerja bersama untuk kepentingan semua anggota komunitas, semua potensi termasksimalkan; sumber daya alam terpakai dengan masksimal ( tanah yang ditanami ) karena tenaga untuk menggarap tanah yang cukup, kemudian mapalus mengajarkan sistem kerja yang penuh dengan keteraturan dan sistematis yaitu mulai dari musyawarah untuk menghasilkan program atau aturan dan sistem kerja bahkan struktur kepemimpinan atau organisasi dalam sebuah kelompok mapalus, didalamnya juga terkandung nilai nilai spiritual karena dalam kelompok mapalus di Minahasa, selalu menempatkan Tuhan sebagai pokok atau sumber hikmat dan kekuatan. Mapalus membawa kesejahteraan dalam segala aspek tidak hanya aspek ekonomi saja. Di dalamnya tidak ada persaingan karena mapalus menawarkan suatu sistem yang adil untuk semua anggota baik penggunaan waktu dan tenaga yang tentunya juga hasil masing masing pemilik lahan. Dari hasil pengamatan dan wawancara maka di temukan bahwa suatu sistem kerja bernama Mapalus telah luntur di desa powalutan maka ada banyak efek terutama yang negatif yang timbul yang menurut penulis karena hilang atau berkurangnya budaya mapalus tersebut. Gereja seharusnya memiliki peran aktif untuk kembali menghidupkan budaya mapalus, gereja bisa melaksanakan ini sebagai bagian dari misi Allah untuk menghadirkan kesejahteraan termasuk melalui kerja.

·         SARAN

1.      Mapalus adalah suatu kebudayaan kerja yang harus kembali dihidupkan
2.      Gereja turut mengambil peran untuk mensosialisasikan pentingnya mapalus dari sudut pandang teologi.
3.      Orang tua mewariskan mapalus kepada generasi muda agar budaya ini akan lestari turun temurun.





[1] Frans Mamesah, wawancara, 26 Januari 2018
[2] Denni Pinontoan dalam sebuah percakapan lepas yang juga menyentil tentang mapalus. Beliau juga adalah orang yang berasal dari minahasa selatan ( motoling ) yang sempat mengetahui dan menyaksikan kegiatan mapalus.
[3] Jan Turang, pembangunan Daerah Minahasa dengan pertanian Inti sistem Mapalus ( Prisma), yayasan Mapalus, 1984
[4] JAP,FredyM, Wawancara,26 Januari 2018
[5] Ibid & AT, wawancara 28 Januari 2018
[6]  L.J. Moleong., Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV Remaja Karya, 1989), Hlm. 2
[7]  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm 234-236
[8]  Moleong. Op.cit., hlm 150
[9]  Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. ( Jakarta: Rajawali,1998), hlm. 72
[10]  Arikunto. Op.cit., hlm. 115
[11] Sensus Jemaat Bukit Moria 2017
[12] Op.cit., hlm. 127
[13] Data sensus Jemaat GMIM Bukit Moria Powalutan 2017
[14] S S, wawancara, 28 Januari 2018
[15] R A, wawancara, 28 Januari 2018
[16] GW, wawancara, 31 oktober 2016
[17] Penulis menyaksikan secara langsung dua kali, yaitu ketika pembangunan rumah keluarga Aring Purukan dan kel. Waworuntu – Kawatu.
[18] Percakapan dengan Pnt. Jemmy Rompas, 2017
[19] JAP,FM,FM,NL,AT,SS,SM,JA,AL,FW,AA,WM,MR,ET
[20] JAP,FM,FM
[21] Ketika Bpk. J. A. Pangemanan menjabat sebagai Hukum tua, beliau bersama tim selalu mengadakan kontrol ke tiap tiap keluarga apakah mereka memilki bahan makanan, apakah mereka mengikuti mapalus atau tidak.
[22] FW, BR, AA, WM , RK, ET
[23] Sinode GMIM, MTPJ Februari-Maret 2017, hal. xiv
[24] Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid 1 A-L, 2011
[25] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, ( BPK Gunung Mulia) hal.197
[26] Op.cit., Yayasan Komunikasi Bina Kasih
[27] Sinode GMIM, MTPJ Februari- Maret, (2017), hal. 8
[28] J. Verkuyl, Etika Kristen Sosial Ekonomi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1965), hlm. 16
[29] Ibid., hlm. 19
[30] Siwu A.D. Richard, Minahasan culture and Christianity inthe frame of modernization in Indonesian Society,  (lembaga Telaah Agama dan Kebudayaan, 2002), hal.70-71
[31] Lock ci.t, Jan Turang, pembangunan Daerah Minahasa dengan pertanian Inti sistem Mapalus ( Prisma), yayasan Mapalus, 1984
[32] Op.cit., hal 71
[33] Siwu A.D. Richard, filsafah Minahasa dalam keIndonesiaan ( lembaga Telaah Agama dan kebudayaan,2000),hal.45-46
[35] Op.cit Ensiklopedia Alkitab Masa kini hal. 563
[36] Op.cit, W.R.F. browning, hal. 204
[37] Sabda, tafsiran Kisah para Rasul

0 Response to "MAPALUS : PROJECT MINISTRY VIKARIS PENDETA KRISTIAN KASENDA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel